Dalam menjalankan ibadah umrah, setiap umat Islam tentunya berkeinginan agar amalannya diterima oleh Allah SWT. Umrah yang diterima oleh Allah dikenal dengan istilah “Umroh Mabrur”. Namun, apa sajakah ciri-ciri umrah yang mabrur itu? Bagaimana cara mencapainya?
1. Umroh Mabrur Tercapai Karena Niat yang Tulus
Niat adalah dasar dari segala jenis ibadah dalam Islam. Tanpa niat yang benar, sebuah ibadah bisa menjadi tidak sah atau tidak diterima oleh Allah SWT.
Dalam konteks Umrah, niat menjadi komponen fundamental yang menentukan apakah ibadah tersebut diterima sebagai “Umroh Mabrur” atau tidak.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa niat adalah fondasi dari setiap amal.
Dalam konteks Umrah, niat yang murni karena Allah berarti seseorang melakukan ibadah tidak karena alasan duniawi, seperti untuk pamer, mendapatkan pujian, atau alasan lain yang berorientasi pada penerimaan manusia.
Sebaliknya, ia melakukannya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridho-Nya.
Dalam menjaga niat karena Allah, kuncinya adalah ketulusan. Jika seseorang tulus dalam ibadahnya, maka ia akan terhindar dari riya (pamer) dan sum’ah (mencari pujian).
Umrah yang dilakukan dengan niat yang tulus dan murni karena Allah akan mendapatkan predikat “Mabrur” dan insha Allah akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa dari-Nya.
2. Menjalankan Rukun Umroh Sesuai Sunnah
Berikut rukun umroh yang perlu diperhatikan saat melaksanakan umrah:
- Ihram dari Miqat: Pastikan Anda memulai ihram dari miqat yang telah ditentukan, seperti Dhul Hulaifah bagi mereka yang datang dari arah Madinah.
- Talbiyah: Ucapkan talbiyah dengan khusyuk saat memasuki miqat hingga memulai tawaf. Talbiyah merupakan pengingat akan kesediaan kita menjalankan panggilan Allah.
- Tawaf: Lakukan tawaf sebanyak tujuh putaran di sekitar Ka’bah dengan memulai dan mengakhirinya di Hajar Aswad. Pastikan juga hati penuh dengan dzikir dan doa selama proses tawaf.
- Sa’i antara Safa dan Marwah: Lakukan sa’i dengan berjalan kaki antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali, dimulai dari Safa dan diakhiri di Marwah. Pahami makna sa’i sebagai simbol keteguhan Hajar mencari air untuk putranya, Ismail.
- Tahallul: Potong rambut sebagai simbol pembersihan diri. Laki-laki disunahkan mencukur seluruh bagian kepala, sedangkan perempuan memotong sepanjang satu ruas jari.
- Berdoa: Manfaatkan setiap kesempatan, terutama saat berada di Masjidil Haram, untuk memperbanyak doa dan meminta kepada Allah.
3. Menghindari Maksiat
Menghindari kemaksiatan merupakan salah satu prinsip utama dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim. Terlebih lagi saat berada dalam kondisi ihram dan melaksanakan ibadah umrah, menjauh dari perbuatan dosa adalah syarat mutlak untuk memastikan kesempurnaan ibadah tersebut.
Setiap kemaksiatan yang dilakukan selama berihram dapat mengurangi keberkahan dan pahala dari ibadah umrah. Bahkan, ada beberapa dosa yang bisa membatalkan umrah jika dilakukan saat berihram.
Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap jamaah untuk berupaya keras menjauh dari segala bentuk dosa selama melaksanakan ibadah.
Dengan menjaga diri dari segala bentuk dosa, jamaah dapat lebih dekat kepada Allah dan memperbesar peluang untuk mendapatkan predikat “Umrah Mabrur”.
4. Memperbanyak Doa dan Dzikir
Dalam ibadah umrah, salah satu elemen penting yang mendukung kesempurnaan pelaksanaannya adalah dengan memperbanyak doa dan dzikir. Doa dan dzikir tidak hanya memperkuat hubungan seorang hamba dengan Tuhannya, tetapi juga menenangkan jiwa dan mengisi waktu dengan aktivitas yang penuh keberkahan.
Saat menjalankan umrah, ada beberapa momen yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa dan dzikir:
- Ketika Memasuki Masjidil Haram: Saat memasuki area masjid, dianjurkan untuk memulai dengan doa dan niat yang baik.
- Saat Melakukan Tawaf: Setiap putaran tawaf sebaiknya diisi dengan doa dan dzikir, meminta kebaikan di dunia dan akhirat.
- Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad: Dianjurkan untuk memperbanyak doa khususnya di antara dua titik ini saat tawaf.
- Selama Sa’i antara Safa dan Marwah: Dalam setiap perjalanan antara Safa dan Marwah, pergunakan waktu untuk berdzikir dan berdoa.
- Pada Saat Tahallul: Setelah selesai sa’i dan saat melakukan tahallul, adalah waktu yang baik untuk berdoa, mengucap syukur dan memohon ampun.
Kesimpulan dari Umroh yang Mabrur
Umroh Mabrur adalah ibadah umrah yang dilaksanakan dengan tulus ikhlas karena Allah SWT, sesuai dengan tuntunan sunnah Nabi Muhammad SAW, serta diiringi dengan upaya maksimal dalam menjauhi kemaksiatan dan memperbanyak doa serta dzikir. Pahala umrah yang mabrur adalah surga dan penghapusan dosa-dosa yang lalu.
Oleh karena itu, seseorang yang berangkat umrah hendaknya mempersiapkan diri secara fisik, mental, dan spiritual agar pelaksanaan ibadahnya mencapai tingkat kesempurnaan, sehingga dapat meraih predikat “Umrah Mabrur” dan mendapatkan pahala yang tak ternilai dari Allah SWT.